FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Halo all. Beberapa minggu ini, saya dan istri selalu berdebat tentang penting nya imunisasi. Kebetulan saya baru punya anak (1 bln), akhirnya perdebatan ini menjadi penting. Karena pingin jadi smart parent, alias gak cuman ikut-ikutan kata orang, akhirnya saya gogling. Memang bener, tulisan tentang gerakan anti imunisasi lebih banyak daripada yg pro imunisasi. Pada akhirnya saya menemukan sebuah artikel yang cukup rasional, tidak berlebihan dalam menjelaskan dan lebih gampang di terima. Artikel ini buat temen-temen ceriwiser yang baru dan bakal punya anak ![]() Bahaya Menolak Imunisasi By : Agnes Tri Harjaningrum [/spoiler] Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
![]() Tahun 1979, WHO mengumumkan bahwa penyakit ini telah berhasil dieradikasi(4). Bayangkan kalau penyakit ini masih ada hingga kini, berapa banyak wajah rupawan yang harus jadi korban, berapa banyak nyawa lagi yang harus terbang. Edward Jenner patut diberi penghargaan memang. Namun, dibalik sukses Edward Jenner sebagai penemu vaksin pertama kali, inoculation, atau menanamkan bibit penyakit pada orang sehat, agar terbentuk imunitas tubuh terhadap penyakit tersebut sebetulnya telah dilakukan berabad-abad sebelumnya oleh bangsa Cina(5). Cara ini pun telah dilakukan oleh bangsa Turki di jaman kerajaan Ottoman(6). Wanita yang diceritakan di atas adalah Lady Mary Wortley Montagu(1,6), seorang istri ambassador Inggris yang pada tahun 1717 sempat tinggal di Turki selama 2 tahun untuk menemani suaminya yang bertugas disana. Saat tinggal di Turki, ia memperhatikan kebiasaan orang Turki dan menyaksikan seorang wanita Turki yang melakukan inoculation untuk melawan penyakit smallpox. Wanita Turki ini mengambil nanah dari luka penderita penyakit smallpox. Lalu, dibuatlah beberapa sayatan di tubuh anak yang sehat, dan nanah tersebut ditanamkan pada sayatan itu dan dibalut. Lady Mary melihat anak yang sehat itu mengalami demam beberapa hari, namun kemudian sembuh dan kebal terhadap penyakit smallpox. Saat pulang ke negaranya, Lady Mary dengan antusias mempromosikan cara Turki itu. Namun ia ditentang oleh kalangan medis ketika itu dengan alasan konyol namun masuk akal untuk kondisi saat itu: karena dia adalah seorang perempuan, dan karena ide yang dia bawa berasal dari Timur (Turki). Meskipun begitu, Lady Mary tetap melakukan inoculasi melawan smallpox untuk anak lelakinya, dan anak lelakinya pun menjadi kebal terhadap smallpox. Beberapa puluh tahun kemudian, barulah Edward Jenner muncul dan mempublikasikan bukti penemuannya tentang vaksin Smallpox. Jika melihat sejarah, ternyata awal mula munculnya vaksinasi berasal dari Bangsa Cina dan Turki (yang saat kerajaan Ottoman berkuasa negaranya berlandaskan Islam). Merekalah yang telah mempraktekan cikal bakal vaksinasi. Mengapa membaca sejarah dalam hal ini menjadi penting? Karena belakangan ini di Indonesia gerakan anti imunisasi mulai berkembang dan membuat para orangtua bimbang. Dari sejarah, kita bisa melihat dengan jernih asal muasal vaksinasi, dan apakah betul vaksinasi memang hanya merupakan teori konspirasi untuk melemahkan suatu kaum sehingga patut dihindari? Dan apakah betul manfaat vaksinasi lebih sedikit daripada kebaikannya sehingga layak untuk diantipati? Mari kita kaji lagi dengan seksama dan hati-hati. Gerakan Anti-Imunisasi Sebetulnya anti imunisasi sudah ada sejak jaman dulu, bahkan sejak Edward Jenner dengan vaksinasi temuannya berhasil mengurangi kasus smallpox dengan sangat signifikan. Poland GA dan Jacobson RM di tahun 2001(7) dalam artikelnya yang diterbitkan oleh Vaccine jurnal mengatakan bahwa CDC (The Center for Disease Control and Prevention) telah membuat booklet yang didalamnya mengumpulkan kritik dan keberatan dari para anti imunisasi berkaitan dengan vaksinasi. Selain alasan teori konspirasi dan politik seperti kecurigaan terhadap keuntungan yang didapat perusahaan vaksin, isu kaum minoritas, serta genocide ( pembunuhan masal suatu kaum), isu-isu lain juga muncul. Jika membaca website-website anti imunisasi dalam internet, isue-isue tersebut memang sering disebut-sebut diantaranya: bahwa penyakit sudah mulai hilang sebelum vaksin digunakan, jadi buat apa divaksinasi; bahwa alih-alih meningkatkan kekebalan tubuh, vaksin malah menyebabkan kesakitan dan kematian; bahwa penyakit yang bisa dicegah oleh vaksin sudah dieliminasi jadi buat apa divaksin; bahwa semakin banyaknya vaksin yang masuk bisa menyebabkan kekebalan tubuh kita terbebani; dan bahwa cara vaksin bekerja dengan menanamkan bibit penyakit untuk meningkatkan kekebalan tubuh adalah cara yang tidak alami. Masih dalam jurnal yang sama dikatakan bahwa saat ini lebih dari 300 anti vaccine website tersebar di internet. Para aktivis anti imunisasi tersebut tidak hanya mengambil keuntungan dari kemudahan penyebaran informasi dari debat di internet, tetapi juga melebih-lebihkan dan mendramatisir kasus-kasus reaksi efek samping akibat imunisasi kepada media dan masyarakat. Informasi-informasi yang seolah ilmiah, padahal kadang salah kaprah atau diinterpretasikan secara salah menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran di masyarakat. Fakta yang sesungguhnya, data ilmiah yang valid dan bisa dipercaya telah dikaburkan oleh media dan gerakan anti imunisasi sehingga ketakutan masyarakat semakin menjadi. Part two below... Terkait:
|
![]() |
|
|