Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
lumpiabasah's Avatar
lumpiabasah lumpiabasah is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,728
Rep Power: 0
lumpiabasah is a New Born
Default Kenangan masa lalu (BenTo)

Yuk qta mengenang msh lalu agan2/sist........





06 September 2004

Dua Mentari, Satu Negeri



Lelaki tegap berpotongan rambut cepak itu melangkah mantap di kerumunan massa Kota Roma, Italia, dengan pandangan siaga. Di dalam lengan jas panjangnya, sebuah senapan mesin dikepitnya erat-erat. Di belakangnya, seorang lelaki separuh baya berpeci hitam dengan senyum khas berjalan santai dalam kawalannya. Hari itu, lebih dari 30 tahun yang lalu, Presiden Soeharto melawat ke negara gereja itu. "Walaupun sudah brigadir jenderal, Benny Moerdani selalu di depan mengawal Soeharto," kata peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Harry Tjan Silalahi, pekan lalu.



Kesetiaan Benny kepada Soeharto memang luar biasa. Buat Benny, kata Harry, seorang presiden itu ibarat suh (tali sapu lidi) yang dapat menyatukan bangsa. Karena itu, menurut Benny, mengamankan presiden jauh lebih gampang dibandingkan dengan mengamankan seluruh bangsa kalau sudah tercerai berai. "Ia orang yang sangat loyal kepada komandannya," kata Harry. Soeharto pun memahami perilaku Benny. Karena itu, selama bertahun-tahun ia pun menjadikan Benny sebagai hulubalang yang paling setia.



Hubungan Benny dengan Soeharto terjalin sejak 1961. Saat itu Benny menjadi staf operasi Mandala merebut Irian Barat yang dikomandani Soeharto. Hubungan mereka makin erat ketika pada 1965 Benny dimutasi dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ke satuan intelijen Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) yang dipimpin Soeharto. Sebagai staf Ali Moertopo yang menggalang Operasi Khusus (Opsus), ia blasak-blusuk menyelesaikan konfrontasi dengan Malaysia. Padahal saat itu Presiden Sukarno tengah mencanangkan gerakan Ganyang Malaysia.



Dari Malaysia, Benny diangkat menjadi Kepala Perwakilan RI di Seoul, Korea Selatan, hingga Januari 1974. Meski ditugasi di luar negeri, Benny sangat dipercayai Soeharto. Bahkan, dalam berbagai lawatan ke luar negeri, ia sering mengawal Presiden, seperti dalam kunjungan ke Roma itu.



Sepekan setelah peristiwa 15 Januari 1974, Benny dipanggil Soeharto pulang. Bersama Yoga Sugomo, ia ditugasi membenahi organisasi intelijen. Selain menjadi Asisten Intelijen Pertahanan-Keamanan, Benny merangkap jabatan sebagai Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara, Komandan Satuan Tugas Intelijen Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, dan Kepala Pusat Intelijen Strategis. Sejak itu, berbagai operasi intelijen selalu dinisbahkan kepadanya. "Saat itu Benny sangat powerful," kata Wakil Ketua MPR Muhammad Husni Thamrin.



Benny pun mulai menorehkan jejak legendarisnya. Pada 7 Desember 1975, ia memimpin Operasi Seroja menyerbu Timor Timur. Menurut Indonesianis dari Australia, David Jenkins, dalam bukunya Soeharto and His Generals, Benny terlibat negosiasi pembelian pesawat A-4 Skyhawk dari Israel yang akan dipakai untuk operasi itu. Bintangnya makin terang ketika pada 30 Maret 1981 dia memimpin pasukan Kopasandha dan membebaskan pesawat DC-9 Garuda Woyla dari Imron di Bandar Udara Don Muang, Thailand.



Karena jasa-jasanya, Benny, yang belum pernah menjabat sebagai panglima komando daerah militer, panglima komando wilayah pertahanan, ataupun Kepala Staf TNI-AD, langsung diangkat menjadi Panglima ABRI menggantikan Jenderal M. Yusuf. Kebetulan Yusuf pun mulai populer di mata khalayak. "Soeharto memilih pejabat yang 'tidak lengkap' agar tidak menjadi pesaing," kata pengamat militer Kusnanto Anggoro. Yusuf orang luar Jawa dan Islam, sedangkan Benny adalah orang Jawa dan Katolik. Tak lama setelah pengangkatannya, pecah peristiwa Tanjung Priok, 12 No-vember 1984, peristiwa yang disebut Thamrin sebagai operasi intelijen untuk menyudutkan umat Islam.



Pada masa itu pula Soeharto menerapkan kebijakan operasi penembakan misterius (petrus). Lagi-lagi Benny dibebani tugas membersihkan Indonesia dari para gali dan residivis. Semula Benny mengatakan bahwa peristiwa tersebut adalah perang antargeng. Namun, dalam bukunya, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Soeharto mengakui bahwa operasi itu atas perintahnya. "Itu untuk shock therapy," katanya.



Reorganisasi TNI pun dilakukan pada masa Benny. Saat itu komando wilayah pertahanan dilikuidasi, sedangkan 17 kodam diciutkan menjadi 10. Pusat Intelijen dan Strategis (Pusintelstrat) pun menjadi Badan Intelijen Strategis (Bais) di bawah koordinasi Panglima ABRI yang secara ex officio menjadi Kepala Bais. Berbagai operasi Bais mewarnai lembaran sejarah, seperti membereskan perlawanan Timor Timur, GPK Aceh, masalah PDI, serta skrining anggota DPR.



Pada masa itu pula Benny bisa langsung melapor kepada Soeharto kapan pun dan di mana pun. Karena kedekatan itu, Jenkins memasukkan Benny dalam kelompok inner circle Soeharto. Benny disebut-sebut pula sebagai intel legendaris ketiga Indonesia, setelah Zulkifli Lubis dan Ali Moertopo. "Namun Pak Benny tidak suka bermain di bidang politik," kata bekas Kepala Staf Sosial Politik ABRI Letjen Purnawirawan Haryoto P.S.



Tapi, kata pepatah, tak boleh ada dua matahari di jagat ini. Hubungan Benny-Soeharto pun akhirnya renggang juga. Menurut bekas Kepala Staf Kostrad Mayjen Kivlan Zen, ambisi Benny sebagai presiden menjadi penyebabnya. Info tentang persiapan kudeta Benny atas Soeharto, menurut Kivlan, diperoleh menantu Presiden, Mayor Prabowo Subianto. Berkat laporan itu, pada 24 Februari 1988, seminggu sebelum Sidang Umum MPR, Soeharto mengganti Panglima ABRI dari Jenderal L.B. Moerdani kepada Jenderal Try Sutrisno.



Benny diberitakan berupaya menahan pencalonan Sudharmono sebagai wakil presiden, tapi gagal. Menanggapi isu suksesi itu, pada pertengahan 1989, di atas pesawat kepresidenan dalam perjalanan pulang dari kunjungan ke Beograd, Yugoslavia, dengan nada marah Soeharto berkata, "Biar jenderal atau menteri, yang bertindak inkonstitusional akan saya gebuk!" "Itu maksudnya ya ke Benny," kata Kivlan beberapa waktu lalu.



Menurut Haryoto, penyebab kerenggangan itu sebenarnya bukan persoalan kursi presiden, melainkan berpangkal pada sikap Benny yang pernah mengkritik sepak terjang bisnis anak-anak Soeharto. "Bapake nesu banget mergo anake dipermasalahke (si Bapak marah sekali karena anak-anaknya dipermasalahkan)," kata Haryoto.



Perubahan pola kedekatan Soeharto dengan Islam pun melatarbelakangi perenggangan hubungan mereka. Sebab, ketika itu, Soeharto mulai berubah men-dekati Islam. Berbagai kebijakan yang menguntungkan umat Islam pun diputuskan.



Meskipun hubungannya dengan Soeharto merenggang, Sofjan Wanandi, kolega Benny di CSIS, menilai Benny tetap setia kepada Soeharto. Benny pasti akan menghardik setiap orang yang mengkritik Soeharto secara berlebihan. Karena itu, Sudrajat, Direktur Jenderal Strategi Pertahanan, menilai Benny ibarat Adipati Karna. Meski tahu Kurawa di pihak yang salah, ia tetap memihak Kurawa dan melaksanakan semua tugas yang diberikan Raja Astina, Prabu Duryudana.



Tapi ada yang berbeda. "Pak Benny pun tak segan-segan mengkritik Pak Harto," ujarnya.



(sumber : http://majalah.tempointeraktif.com/i...I87175.id.html)



Jika mreka msh mmimpin,msh branikah DPR mmnta studi banding keluar negri dgn seringnya dan mmbangun gedung senilai triliunan itu??







sekedar mngenang crita masa lalu,bukan utk minta mlainkan brharap .

Apapun yg terjadi TS tetap dan



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 11:36 PM.


no new posts